Menerka Cinta Ala Badiuzzaman Said Nursi

Menurut sebagian orang, cinta tidak dapat didefinisikan sebagai kata kerja melainkan kata sifat, pasalnya cinta itu tumbuh dan hadir murni dari dalam diri seseorang. Jika cinta dimaknai sebagai kata kerja, maka ada saatnya seseorang akan lelah dalam mencinta.

Sedikit pengantar dalam tulisan kali ini, gimana benar nggak?. Hahaha.

Ya memang akhir-akhir ini cinta menjadi topik hangat dan seru untuk dibicarakan oleh setiap lapisan khususnya anak muda. Bahkan hari ini, jika ada anak muda yang menjadi pegiat cinta maka anak muda lainnya itu memberi julukan sebagai budak cinta atau bucin.

Konotasi bucin biasanya disematkan kepada anak muda yang salah menaruh waktu dan tempat atas cinta itu sendiri. ya mungkin sudah tahu lah yaa begimana ciri-cirinya. Ampuun~

Sebenarnya nggak ada salahnya, hanya saja kalau kawan-kawan tahu, sebenarnya cinta bukan selalu tentang aku, kamu dan menjadi kita. Kalau hanya dipahami seperti itu khawatirnya cinta malah tidak lagi asri dan elok untuk diselami.

Oleh sebabnya, sesuai judul diatas saya setidaknya akan melebarkan sayap perspektif ulama terdahulu yang sohor yaitu Badiuzzaman Sa’id Nursi terkait pemahamannya terhadap cinta.

Badiuzzaman Said Nursi

Mungkin tidak sedikit orang sudah tidak asing lagi dengan nama Badiuzzaman Said Nursi. Sa’id Nursi merupakan anak ke empat dari Sufi Mirza dan Nuriye. Beliau adalah anak yang berbeda dengan anak lain yang seusianya.

Karena sifat wira’i—keteguhan jiwa menjaga yang haram dan yang halal, bahkan meninggalkan dari syubhat sekecil apapun syubhat itu—yang dimiliki kedua orang tuanya beliau kelak menjadi Badiuzzaman (Keajaiban Zamannya).

Menurut sejarah, gelar Badiuzzaman yang disematkan dalam diri Said Nursi diberikan oleh Molla Fethullah Efendi, gurunya dari Siirt karena sekitar umurnya 15 tahun beliau sanggup  menamatkan ribuan kitab dalam waktu yang singkat.

Yang Layak Dicintai, Yang Layak Dimusuhi

Keberhasilan orang tuanya dalam mendidik Said Nursi sejak kecil membuahkan kepribadian yang berani dan antusias sekali dalam memahami sesuatu yang belum diketahui.

Dan ada yang menarik dalam diri Badiuzzaman Said Nursi yaitu tentang konsep cinta kasihnya dan permusuhan. Sepanjang hidupnya, beliau memang mengenal jatuh cinta tapi tidak dengan wanita atau perempuan. melainkan jatuh cinta terhadap Ilmu, Ibadah dan Dakwah.

Saya benar-benar kagum dengan Badiuzzaman Said Nursi, bisa-bisanya beliau tidak jatuh cinta pada perempuan padahal sudah banyak ulama tua yang menawari anak gadisnya kepada Said Nursi untuk dinikahi, mesti dicatat beliau saat itu masih anak muda atau remaja

Bukan tanpa sebab, beliau punya cara sendiri terhadap menyelami cinta kasihnya. Begini ucapan yang fenomenal itu; “Diantara yang paling penting yang telah aku pelajari dan aku dapatkan dari kehidupan sosial manusia sepanjang hidup adalah bahwa yang paling layak untuk dicintai adalah cinta itu tersendiri dan yang paling layak dimusuhi adalah permusuhan itu sendiri”, ucap Badiuzzaman.

“Dengan kata lain, tabiat cinta yang menjadi tenteramnya kehidupan sosial manusia dan menjadi faktor penting terwujudnya kebahagiaan, itu lebih layak dicintai. Sebaliknya, tabiat permusuhan dan kebencian yang menjadi perusak tatanan sosial merupakan sifat paling buruk dan paling berbahaya. Ia paling layak dihindari/dijauhi”, lanjut Badiuzzaman.

Jadi, jika ada cinta diantara sepasang anak muda (laki-laki dan perempuan) dan berujung pisah akibat satu masalah kemudian menimbulkan permusuhan dan kebencian dan  itu menjadi sebab rusaknya tatanan sosial, sejatinya itu bukanlah cinta dan itu layak dihindari.

Tapi, jika ada cinta diantara sepasang anak muda dan karena cintanya itu mereka tentram dalam kehidupan sosial dan menjadi asal muasal terciptanya kebahagian, sejatinya itu memang cinta dan itu layak dicintai.

Tenang, jangan tegang dulu, dua paragraf terakhir diatas tadi itu masih diragukan, soalnya saya sendiri yang menafsirkan. Saya masih belajar sedikit-sedikit, siapa tau pernyataan tadi itu emang tafsiran yang sebenarnya dari perkataan Badiuzzaman, kan keren hhaha~

Komentar